Cerita Lala #1 (part 1)
13.25SABAR LALA... (part 1)
Mataku silau, sinar mentari pagi masuk menyerbu ke dalam kamar. Kulihat jam dinding di kamar menunjukkan pukul 06.30 WIB. Astaghfirullah, aku lupa ! Pagi ini aku ada ujian dengan Bu Wirda. Tanpa menunggu lagi, langsung kuraih handuk dan bergegas mandi. Entah apa yang ada di pikiranku sekarang, aku merasa kacau. Mengingat tadi malam aku yang begadang lembur untuk memahami pelajaran dari guru matematika yang terkenal paling killer ini.
Aku berlari keluar lorong, sambil tergesa-gesa menyebrang jalan raya. Stop ! akhirnya ada angkot juga yang berhenti. Alhamdulillah.. aku merasa sedikit lega setelah naik kendaraan berwarna kuning ini. Pikiranku masih melayang-layang, tentang apakah aku akan terlambat masuk kelas ? apakah ibu Wirda sudah datang ? apakah ujian sudah dimulai ?
Selama di perjalanan, aku masih sibuk berkutat dengan buku. Membunuh waktu, menenangkan hati, dan terus berpikir semuanya akan baik-baik saja. Beberapa kali aku mendengar suara getaran Handphone dari dalam tas, tapi tak kuhiraukan. Akhirnya… sampai juga di depan gerbang sekolah. Segera aku berlari menuju kelas XI IPA 2 yang jaraknya lumayan membuat kaki pegal.
Deg ! sontak langkahku terhenti melihat pemandangan di dalam kelas dari luar jendela. Ya Allah… Ibu Wirda sudah masuk. Kurogoh handphone dari dalam tas, demi apapun ini masih pukul 07.00 WIB. Kurapikan jilbab dan baju seragam sekolahku, kemudian memberanikan diri mengetok pintu kelas,
“Assalamualaikum.. Permisi bu, maaf saya telat”, kataku lembut dengan muka yang pasti sangat merah dan keringat yang bercucuran.
“Lala, telat ? kesini…” , jawab Bu wirda datar.
Keadaan didalam kelas berubah drastis. Teman-teman yang lain sibuk memperhatikan gelagatku dengan serius. Aku merasa seperti reka adegan pembunuhan sekarang, dengan aku sebagai tersangkanya. Dengan langkah terseok-seok, kudekati kursi singgahsana Bu Wirda.
“kenapa bisa telat ?”, Tanya Bu Wirda masih datar.
“hmm.., saya kesiangan bu, Maaf sebelumnya”, jawabku kaku.
“kenapa bisa kesiangan Lala ? Bukannya kamu belum pernah telat ?” tambah Bu wirda, sedikit bernada.
Suasana kelas masih hening. Pandanganku tertuju pada beberapa murid yang duduk di bangku paling depan, sambil senyum-senyum. Ialah syifa, jono, Dodit, dan Rendi. Masih dengan senyum jahat mereka terus melirik-lirik, namun tetap berusaha menahan tawa yang ingin lepas.
“Lala.., Ibu sedang bertanya”, sambar Bu Wirda mengalihkan pandanganku.
“Iya bu, saya minta maaf, Saya gak bermaksud telat. Saya tadi malam begadang belajar untuk ujian pagi ini Bu”, jawabku sigap.
“Terus kamu gak shalat shubuh ?”, balas Bu Wirda
“shalat kok bu, saya belajardari jam 7 malam sampai jam 11 malam, terus saya tidur lagi, terus saya bangun lagi jam 2, terus saya belajar sampe pagi, tapi saya tetep shalat shubuh kok Bu. Tapi saya tidur lagi. Maaf bu..”, jawabku dengan kepanikan memuncak.
Keheningan kelas pecah seketika karena jawabanku tadi. Teman-temanku malah sibuk tertawa sekarang.
“Maafin saya Bu. Saya bener-bener minta maaf. Saya janji untuk gak mengulanginya lagi. Insya Allah Bu”, sambungku dengan mata penuh harapan.
“ Ya sudah, Ibu maafkan. Hari ini kita gak jadi ujian, soalnya Ibu lupa ada 1 materi lagi yang belum di kasih ke kalian. Silahkan duduk Lala”, jawab Bu wirda santai.
Suasana kelas makin riuh karena tawa. Darahku rasanya berhenti mengalir, Otakku rasanya mau pecah sekarang. KOPLAK ! kata-kata itu rasanya paling pas menggambarkan keadaanku hari ini. Ya Allah… Udah belajar sampe jungkir balik, telat masuk ke kelas dengan muka lusuh berkeringat karena lari-larian, di tertawai teman sekelas, dan ternyata gak jadi ujian ? OH MY TO THE GOD..
(bersambung….)
0 comments