Quote

You Don't Have To be Perfect

11.15

You Don’t Have to be Perfect. Menjadi manusia adalah takdir, Menjadi Hamba-Nya adalah tugas terbaik yang pernah Ia berikan. Tak perlu menjadi orang lain untuk bahagia Tak perlu menjadi yang terbaik untuk sekedar mendapat pujian Tak perlu menjadi yang paling tahu untuk sekedar dibilang pandai Banyak hal yang tersembunyi Banyak hal yang terencana Banyak hal yang terjadi Banyak hal pula yang gagal Apa Dia sayang ? Bukan, Dia mencintaimu.. Apa Dia Baik ? Bukan, Dia lebih dari sekedar yang kau kira.. Hidup terlalu berat untuk dihujat Hidup terlalu payah untuk dimaki Tak perlu menjadi sempurna. Tak perlu dibilang sempurna. Karena kita manusia. Yang Dia minta, Hanya menjadi pengabdi-Nya yang setia.

Story

Pengalaman Pertama Jadi International Student

22.40

Follow my blog with Bloglovin

Assalamualaikum, sahabat...

Kali ini aku mau berbagi cerita sedikit tentang pengalaman pertamaku menjadi International Student di salah satu universitas di Bangkok, Thailand.  Alhamdulillah... Dream comes true. :)
Dulu semasa di Sekolah Menengah, sempat terlintas di pikiran untuk ngelanjutin studi S1 di luar negeri hehe.. Bersama temanku, kami mulai mencari beasiswa di perguruan tinggi tujuan kami masing-masing. Di-guide oleh guru bahasa inggris-ku, yang juga terus support kami, akhirnya aku berhasil berkoresponden e-mail dengan salah satu universitas terbaik di Australia, Melbourne University. 

Senang sekali rasanya waktu itu. Percakapan kami mulai lancar, hingga pihak Melbourne University mengirimkan alamat representatifnya yang di Indonesia. Tapi sangat disayangkan, ternyata opening date untuk pengiriman aplikasi hanya berjarak sekitar setengah bulan pada saat itu. Sedangkan berkas belum disiapkan sama sekali. Mr. Didik, guru bahasa inggris-ku, terus memberikan support untuk nggak nyerah. Dia juga bilang, kalau nggak bisa S1, Inshaa Allah S2 nya. Yah.. sirna deh.. hehe..

Tapi Allah Maha Besar. Alhamdulillah.. aku diberikan kesempatan untuk mengikuti student exchange program dari Universitas tempatku berkuliah sekarang. Aku diberikan kesempatan selama kurang lebih satu semester untuk belajar di Kasetsart University, Bangkok, Thailand. Dia yang Maha Pemberi, menjawab permintaanku. Mengabulkan salah satu mimpi yang telah ku ukir dari beberapa tahun lalu. Ada hikmah ketika do'a-ku yang lainnya tidak di ijabah. (hehe..) Ternyata Dia ingin memberi yang lebih. Ternyata hadiah-Nya lebih dari apa yang kuharapkan.

Menjadi International Student di negeri orang, sudah pasti menjadi tanggung jawab besar. Harus bisa menjaga nama baik Indonesia, Universitas, Program studi, Orang tua serta orang-orang yang telah dengan sepenuh hati mendukung. Menjadi International Student di negeri orang, juga menjadi salah satu ujian dari-Nya. Tingkat keimanan dan ketaqwaan di uji dengan segala perbedaan antara Indonesia dan Thailand. Ya, Muslim adalah mayoritas di negeri asal, tapi minoritas di sini. Ketakutan pun mulai timbul, tapi aku yakin Dia akan selalu menguatkan. Alhamdulillah.. sampai hari ini masih sehat wal 'afiat. (hehe..) Menjadi International Student di negeri orang, berarti siap menerima segala culture yang baru dan mungkin berbeda. Menjadi International Student di negeri orang, juga berarti harus siap akan keadaan tempat yang baru, suasana baru, teman baru, dan tentunya sistem pendidikan dan pengajaran yang baru.

Belajar di Kasetsart University, mengantarkanku bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa dari berbagai negara. Selain teman-teman dari Indonesia, di Kasetsart University, aku juga belajar bersama mahasiswa dari Malaysia, Jepang, Jerman, Perancis, Swedia, dan tentunya Thailand. Bertambah banyak teman, bertambah pula wawasan. Banyak belajar dari mereka tentang hal-hal yang positif. Belajar tentang kesederhanaan, kedisiplinan waktu, kesopanan, kebersihan, dan ilmu dari mereka. 

Sungguh pengalaman yang tak kan terlupakan. Hingga aku mulai memberanikan diri merangkai mimpi-mimpi-ku selanjutnya. Merajut asa-ku setinggi langit. Menargetkan hal-hal yang lebih besar. 
Semoga Allah senantiasa melimpahkan Rahmat-Nya kepada kami disini. Amin..

"Bermimpilah... Karena Tuhan akan memeluk Mimpi-mimpi itu"
(Arai - Sang Pemimpi)





Itu foto-foto saat hari kedua Orientation Day  di kasetsart University, Bangkok, Thailand. :)

Quote

God Always Bless Me, Alhamdulillah..

10.00

Masih ingat dengan malam itu, dengan hari itu, dengan tangisan itu. Tidak ada yang lebih baik, selain hidayah dari-Nya. Alhamdulillah.. Ku ucapkan syukur atas berkah dan rahmat yang di berikan-Nya hingga detik ini. Udara segar pagi di negeri gajah putih pun masih dapat dihirup dengan segar oleh hidung ini. Masih dapat kurasakan  angin sepoi-sepoi mengalir, menelusuri raga, masuk hingga ke dalam tulang.

Teringat akan pengalaman beberapa bulan lalu. Allah yang Maha Besar, yang menciptakan bumi dan se-isinya. Menjadikanku sosok yang baru, yang Inshaa Allah lebih bangga akan adanya jiwa Islam dalam diriku. Yang Inshaa Allah akan terus bahagia karena terlahir sebagai muslimah. Yang Inshaa Allah setia pada perkataanku setiap menghadapnya, "Inna shalaati wanusukii wamah yaaya wama maatii lillaahi rabbil ‘alaamiina" (Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah karena Allah, Tuhan semesta alam).

Dia yang Maha Mendengar, yang selalu memberikan karunia-Nya, tapi tak ku resapi.
Dia yang Maha Penolong, yang selalu memberikan pertolongan-Nya, tapi tak ku sadari.
Dia yang Maha Pemberi, yang selalu memberikan apa yang aku pinta, tapi tak ku hargai.

Hari itu datang, saat aku merasa tubuh ini terlalu lelah. Saat aku merasa pundak ini terlalu kecil untuk ditimpakan sebegitu besarnya masalah. Saat aku merasa tidak ada yang lebih baik untuk diharapkan selain Dia. 

Otak ini mulai berpikir, Apa yang salah ? Mengapa aku tidak mendapatkan yang terbaik ?
Allah, bukankah aku selalu shalat ? Bukankah aku juga senantiasa berdo'a dan meminta kepada-Mu ?
Keluhan dan keresahan timbul disana sini.

Ada yang salah. Ya, ada yang salah.
Apakah aku berhak menuntun hak jika kewajiban saja masih sering dilalaikan ?
Apakah  aku berhak menuntun karunia-Nya yang lebih setelah semua yang Dia berikan tidak benar-benar disyukuri ?

Dia Pemilik Hati, lebih tahu apa yang tidak diketahui. Lebih mengerti apa yang tidak bisa dimengerti. Lebih Berkuasa atas segala ciptaan-Nya. Air mata tak berhenti menetes, setelah sadar akan perilaku dan perbuatanku. Kita manusia sebutir debu pun tak sanggup menandingi kebesaran-Nya. Maka dibawa-Nya aku dalam keheningan malam, kehusyukan shalat. 

Sadar akan khilaf, sadar akan kesalahan, sadar akan sebenarnya arti rasa syukur. Dia berikan yang terbaik, maka harusnya aku lebih baik lagi mengabdi pada-Nya. Teguran-Nya menjadi stigma dalam hidup. Pengalaman spiritual luar biasa yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Akhirnya kutemukan jalanku. Jalan yang mulia, karena terlahir sebagai seorang muslimah. Yang sangat disayang oleh keluarga begitu pula Dia. Yang bahkan Dia atur sedemikian rupa, sehingga kami selalu terjaga. Yang Dia tulis surat-Nya dalam kitab suci Al-qur'an. Yang Dia ciptakan sedemikian istimewanya, kelembutan hati, kenyamanan, dan ketulusan. Tulusnya hati seorang Ibu, hati seorang gadis kecil, hati seorang perempuan yang mampu memberikan terbaik bagi semua orang yang dikasihi.

Perubahan menjadikanku sosok yang baru, tapi Inshaa Allah lebih optimis. Dia akan selalu berada didalam hati setiap insan, selalu kupercayai. Dia tidak akan pernah berpaling, selama kita sadar bahwa Dia-lah yang paling penting. Selama kita paham, tiada yang lebih memahami kita hamba-Nya, kecuali Dia. Maka kubawa hati ini dalam ketenangan. Rasa syukur semakin berlipat dan terus bertambah. Benar saja, Dia hadiahkan lebih dari apa yang kuharapkan. Segala nikmat kuterima dari-Nya, udara, raga yang kuat, dan akal yang sehat. Dia yang tak akan pernah meninggalkan hamba-Nya yang senantiasa berlari pada-Nya. Dia yang selalu memberikan ujian, hanya karena rindu akan rintihan hamba-Nya.

Alhamdulillah.. :) God Always Bless Me..
Dia-lah, Allah SWT. Segala puji bagi-Nya Tuhan Semesta Alam.



Quote

Terlalu banyak hal yang tidak diketahui manusia

13.36


Terlalu banyak hal yang tidak diketahui manusia.
Saat orang yang kau kira sahabat, padahal adalah orang yang paling membencimu no. 1.
Saat yang kau kira teman, padahal adalah orang yang selalu iri tentang kebahagiaanmu.
Saat yang kau kira baik, padahal adalah orang yang mungkin berniat jahat.
Saat yang kau kira jahat, padahal adalah orang yang mungkin malu menunjukkan kebaikannya.
Saat yang kau kira paling dipercaya, padahal adalah seorang pembohong besar.
Saat yang kau kira paling peduli, padahal adalah orang yang mungkin terpaksa melakukannya.
Saat orang yang kau kira paling dekat, padahal adalah orang yang pertama menjauh jika kau dirundung masalah.
Saat orang-orang yang kau kenal hanya memakai topeng.

Tapi, yang kutahu, tetaplah menjadi yang jujur, yang baik, yang peduli, yang perhatian, yang tulus, yang sabar, yang kuat, yang ikhlas, dan yang terus percaya bahwa semua yang kau lakukan akan dibalas oleh Sang Pemilik Dunia, Pemilik Akhirat, Pemilik Surga & Pemilik Neraka.

Cerita Lala

Cerita Lala #2

13.33

Cerita Lala #2

Bahagia itu dekat pada hati yang bersykur :)

Senin adalah hari yang paling melelahkan bagiku. Bagaimana tidak ? hari ini, adalah hari tersibuk dari tujuh hari yang ada. Mulai dari aku yang harus berangkat pagi-pagi untuk melaksanakan piket kelas, jam pelajaran pertamaku harus bertemu dengan Ibu Wirda, belum lagi diikuti dengan pelajaran yang semuanya berbau eksak. Rasanya sesak sekali.

Yang ada di otakku cuma kalimat ‘Badai pasti berlalu’, sesulit apapun hari pasti akan selalu berakhir. Pagi akan diakhiri malam, matahari yang terbit akan selalu tenggelam di kala senja tanpa perlu diatur. Maka kekuatan untuk menjalani segala sesuatunya telah tertanam dalam benakku. ‘Pokoknya jalani aja, baik atau buruk hasilnya itu urusan belakangan. Ikhlas gak ikhlas pokoknya jalanin.. !’. Fiuuhhh….

“Lala..”, terdengar suara sepatu mendekat dari belakang. Ternyata Fahmi, ketua ekskul Cool Magz di sekolah.
“Oh.. Fahmi, kenapa ?”, jawabku seraya menoleh ke arahnya.
“Aku cuma mau bilang, jangan lupa nanti ada rapat anggota pengurus Cool Magz habis pulang sekolah”, katanya mengingatkan.
“Oh iya, tentang acara kita yang mau bakti sosial itu ya ? Oke sip bos, nggak bakal lupa kok”, kataku sambil  tersenyum lugu.
“Oke.., duluan ya..”, sambung Fahmi, kemudian pergi.

Di sekolah, aku tergabung dalam 2 organisasi, yaitu OSIS dan Cool Magz (School Magazine). Selain belajar, 2 hal itulah yang membuatku cukup sibuk. Harapanku untuk selalu bisa bermanfaat dan berkontribusi untuk orang banyak adalah dengan mewadahi diriku sendiri untuk bersosialisasi ke masyarakat. Salah satu caranya, menurutku dengan ikut andil dalam kegiatan-kegiatan didalamnya.

***

Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Kulihat rak di depan ruang redaksi Cool Magz mulai dipenuhi dengan sepatu-sepatu dari kejauhan.

“Assalamualaikum.. oh, udah rame..”,  sapaku ramah.
Benar saja, ruangan  redaksi sudah hampir penuh dengan para anggota. Aku pun langsung mengambil tempat duduk di sebelah Syifa, sahabatku.
“Kamu dari mana La ? tadi aku tungguin depan kelas nggak ada, makanya aku duluan”, tanyanya agak bingung.
“Iya, tadi kan aku keluar kelas duluan. Aku mau ke toilet dulu soalnya”, jawabku menenangkan. Sambil menunggu yang lainnya, aku, Syifa, dan teman lainnya asyik berdiskusi tentang berita-berita yang sedang hangat dibicarakan.

“ Baiklah, karena anggota sudah lengkap, mari kita buka rapat kali ini. Assalamualaikum warrahmatullah wabarakatuh………….”, buka Fahmi memimpin rapat.

“Banyak hal yang pasti bisa dipetik dari kehidupan saudara-saudara kita yang kurang beruntung disana. Semoga bisa menjadi media perbaikan diri juga untuk kita semua, Amin”.  Begitulah kalimat terakhir Fahmi seraya menutup rapat Cool Magz sore itu.

Rapat redaksi berjalan lancar seperti biasanya. Untuk agenda kali ini, kami akan mengadakan bakti sosial ke Panti Asuhan Ar-Rahman minggu depan. Sekaligus meliput kehidupan dan suka duka orang-orang yang tinggal didalamnya untuk buletin mingguan.

***

Tak terasa, hari yang kutunggu-tunggu datang juga. Kami akan mengunjungi panti asuhan sekitar pukul 10 pagi. Segala sesuatunya dipersiapkan sebaik mungkin. Selain beberapa perlengkapan meliput, kami juga membawakan sedikit bantuan sembako dan buku-buku untuk adik-adik disana nanti. Sudah cukup lama rasanya tidak datang ke panti asuhan. Rasanya tak sabar ingin cepat sampai disana.

Sesampainya di Panti Asuhan Ar-Rahman, kami disambut dengan baik oleh seluruh keluarga besar panti. Ramai dan ramah sekali, karena penghuni panti rata-rata adalah anak-anak dan remaja dibawah 15 tahun.

Bapak dan Ibu pengurus panti mulai mempersilahkan kami semua untuk masuk. Seperti yang kubayangkan, ruang tamu panti yang tidak begitu luas, dipenuhi dengan gambar dan karya anak-anak pada dindingnya. Acara pun mulai dibuka, lantunan ayat suci Al-qur’an yang dibacakan Rido membuat suasana semakin khidmat.

Setelah acara formal selesai, sekarang giliran acara non-formal dari kami redaksi Cool magz. Waktunya kami membagikan buku-buku dan megajak adik-adik itu bermain.

Bercengkerama dan bersenda gurau, kami semua menghibur mereka. Hingga tiba seorang gadis kecil mendatangiku dengan wajah yang penuh senyum kebahagian, teduh sekali.
“Kak, terima kasih ya karena sudah mau datang kesini, bawain buku-buku lagi”, katanya memegangi tanganku.
Aku terpaku, diam. Kalimatnya sederhana, hanya ucapan terima kasih. Entah mengapa sampai begitu dalam menembus hati.
“Sama-sama, nama kamu siapa, dek ?”, tanyaku sambil berlutut dihadapannya.
“Nama aku Nadia. Aku kelas 3 SD, aku sudah di Panti ini sekitar 3 tahun”, jawabnya tak berhenti.
“Oh.. Nadia, salam kenal ya, nama kakak Lala. Nanti kapan-kapan kita main lagi kesini boleh kan ?”, kataku penuh harap.
“Iya boleh banget. Kakak udah mau pulang ya ? kalau aku titip pesan boleh ?”, tanya gadis kecil ini polos.

Sedikit bingung, aku melirik Syifa yang tiba-tiba datang menghampiri kami. Syifa hanya tersenyum melihatku.
“Apa pesannya Nadia ?”
“Nadia titip pesan untuk Ayah, kenapa Ayah gak pulang-pulang ? Nadia rindu Ayah kak. Katanya Ayah mau kesini lagi jemput Nadia”, jawabnya dengan mata tak berdosa.

Ya Allah.., aku tak pernah merasakan hatiku sepilu ini. Pesan sederhana anak kecil ini membawaku pada ingatan akan sosok Ayah yang selama ini membesarkanku. Merawatku dari kecil bersama Ibuku. Tapi yang kurasakan adalah aku belum sepenuhnya berbakti padanya. Belum sepenuhnya mengabdikan diriku padanya sebagai anak yang baik. Wajahku memerah, rasanya ingin aku tumpahkan air mata ini. Syifa mengingatkan untuk tenang dengan senyuman dan sentuhan lembutnya di pundakku. Aku pun coba untuk menahan diri.

“Satu lagi kak, bantu Nadia mendoakan Ibu Nadia ya, Semoga Ibu bisa tenang di Surganya Allah. Pasti dia bahagia kan kak ?”, tambahnya penuh harapan.

Hatiku remuk. Bagaimana mungkin anak perempuan ini bisa menanggung beban yang sebegitu beratnya ? Sedangkan aku ? Jangankan terpikir akan kehilangan orangtua, terpikir dengan tugas-tugas sekolah saja sudah membuatku pusing tujuh keliling, seperti orang yang berhutang dan harus lari karena dikejar-kejar debt collector. Sedangkan gadis ini ? Allah.. ampuni hamba-Mu yang tidak bersyukur ini.
Mataku basah. Pelupuk mataku mulai tak sanggup membendungnya. Syifa pun turut haru akan pesan gadis kecil ini. Kupeluk Nadia erat-erat, ku elus rambutnya dengan lembut.

“Kakak, kenapa nangis ?”, tanyanya lagi polos, melepaskan pelukanku. Tangan halusnya kemudian menyeka air mata yang sudah terlanjur jatuh dipipi ini.
“Kakak terharu, Nadia sabar sekali. Kakak selalu berdoa sama Allah, semoga Ayah bisa cepat pulang dan main-main lagi dengan Nadia. Dan, semoga Allah memberikan tempat terbaik untuk Ibu di Surga-Nya, AMIN..”, kataku dengan suara parau, Syifa pun turut meng-Amin-kan.

Gadis kecil itu kemudian pergi meninggalkan kami berdua. Aku masih dalam keharuan, bersama Syifa yang terus menepuk-nepuk pundakku. Kulihat dia berlari lagi bersama teman-temannya, tertawa, bersenda gurau, tanpa masalah. Wajah bahagia dan senang yang selalu di tunjukkan olehnya. Penantian selama 3 tahun karena ditinggal sang Ayah, bukanlah waktu yang sebentar. Belum lagi Ibu yang telah tiada. Aku yakin semua anak disini merasakan hal yang sama sepertinya. Rindu akan kasih sayang orang tua, akan belaian lembut orang tua, akan nasihat dan kata-kata manis orang tuanya. Tapi yang terpancar adalah aura positif dari mereka, anak-anak yang tak berdosa ini. Mereka bahagia disini, mereka yang selalu bersyukur dengan segala keterbatasan dan kekurangannya.

Nadia adalah perantara teguran Allah kepadaku. Aku yang terus mengeluh jika terlalu banyak tugas. Aku yang bisa ngambek hanya karena permintaanku tidak dipenuhi oleh orang tua. Aku yang cengeng saat masalah-masalah datang. Harusnya aku lebih kuat, aku lebih siap dibanding anak kelas 3 SD ini. Aku yang sudah baligh, dikaruniakan-Nya nafas hingga detik ini. Aku yang dikaruniakan-Nya akal yang sehat hingga detik ini. Aku yang dikaruniakan-Nya raga yang sehat hingga detik ini. Aku yang dikaruniakan-Nya kedua orang tua yang masih utuh, yang sangat menyayangiku, yang selalu ada jika aku butuh mereka,  yang sanggup merawatku dari kecil, yang sanggup menyekolahkanku hingga sekarang, yang bisa memenuhi permintaan-permintaan manjaku kapanpun.

Allah.., hidayah-Mu akhirnya menghampiri. Tanda kebahagiaan bukanlah ketika seseorang itu memiliki harta yang berlimpah, bukanlah ketika seseorang itu memiliki jabatan yang tinggi, bukanlah ketika seseorang itu memiliki wajah yang rupawan, bukanlah ketika seseorang itu memiliki tubuh dan raga yang sempurna. Tapi kebahagiaan selalu datang ketika seseorang senantiasa bersyukur atas apa yang telah dimilikinya, atas apa yang telah diperolehnya selama ini, dan atas segala sesuatu yang Allah anugerahkan untuknya. Sekecil apaupun itu, bahkan mungkin yang tak terlihat dan tak tersadarkan.

Renunganku dalam tangis terpecah seketika oleh teman-temanku yang menghampiri.
“Kita juga terharu dengan kehidupan disini La.., berarti ini jadi pelajaran juga buat kita”, kata Vina menenangkan.
Aku pun tersenyum. “Iya, Bismillah.. Allah selalu bersama hamba-hamba-Nya yang sabar”, kataku dengan nada sesenggukan.

Suasana haru masih terlihat jelas. Semua teman-teman dari redaksi Cool Magz juga merasakan banyaknya hikmah dari berkunjung ke panti asuhan hari ini. Ingin rasanya berlama-lama di tempat ini untuk hanya sekedar menghibur dan berbagi dengan mereka. Waktu mengingatkanku untuk segera pulang ke rumah, memohon maaf pada dua orang terbaik yang mengasihiku selama hampir 17 tahun ini. Kami pun segera menyudahi haru biru ini dengan pamit pulang pada pihak panti.

Alhamdulillah… Kunjungan singkat hari ini benar-benar memberikan pengalaman yang luar biasa. Ku tekadkan janji untuk selalu bersyukur setiap saat atas segala nikmat yang Allah beri. Semoga aku bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi kedepannya. Semoga bisa menjadi muslimah dengan tebaran manfaat ke sekelilingnya. Amin.. Amin.. Ya Rabbal alamin..


See you on the next story :)

Cerita Lala

Cerita Lala #1 (part 2)

13.31

Cerita  Lala #1
SABAR LALA… (Part 2)

Langkah kaki ramai terdengar, kantin sekolah sekarang dipenuhi dengan deretan siswa-siswi yang sibuk menikmati makan siang. Begitu pula aku dan sahabat-sahabatku yang sedang asyik menyantap mie ayam langganan kami.
“makanya la, jangan telat lagi, minggu depan kita udah ujian”, kata Rendi membuka kenangan semi buruk tadi pagi.
“iya, janji, gak bakalan telat. Woles bro..”, jawabku santai. Dodit dan Jono yang mendengarkan jawabanku tadi hanya sibuk senyum-senyum menahan tawa. Sementara Syifa hanya diam, sambil terus menepuk pundakku, “Sabar Lala..”, katanya.
Hari ini cukup melelahkan. Mengingat segala usaha yang kulakukan demi mendapatkan nilai bagus, ternyata berujung pada tertawaan dari teman-temanku. Capek, kesal, sedih, bingung, ngantuk, semuanya bercampur aduk jadi satu. Kejadian tadi pagi benar-benar merusak mood-ku.
Sadar,  aku mungkin merencanakan semuanya secara kompleks, tapi tetap saja hasil akhir terletak pada keputusan-Nya juga. Selalu yakin, bahwasannya tidak ada yang sia-sia di dunia ini.
Just do the best, and Let Allah does the rest J

NB :
Cerita Lala adalah karya pertama saya yang di publish di social media. Hanya salah satu bentuk dedikasi atas kecintaan dan kepedulian saya terhadap cerita anak-anak dan remaja. Jadi, memang sengaja dikemas dengan bahasa sesederhana mungkin. Dengan konsep yang berbau islami, Semoga Cerita sederhana ini dapat menjadi inspirasi bagi yang membaca. Untuk menyampaikan suatu pesan moral/motivasi tidak harus dengan bahasa yang rumit/puitis kan ? hehe :D
Nantikan Cerita Lala #2 yaa..

Cerita Lala

Cerita Lala #1 (part 1)

13.25


SABAR LALA... (part 1)

Mataku silau, sinar mentari pagi masuk menyerbu ke dalam kamar. Kulihat jam dinding di kamar menunjukkan pukul 06.30 WIB. Astaghfirullah, aku lupa ! Pagi ini aku ada ujian dengan Bu Wirda. Tanpa menunggu lagi, langsung kuraih handuk dan bergegas mandi. Entah apa yang ada di pikiranku sekarang, aku merasa kacau. Mengingat tadi malam aku yang begadang lembur untuk memahami pelajaran dari guru matematika yang terkenal paling killer ini.

Aku berlari keluar lorong, sambil tergesa-gesa menyebrang jalan raya. Stop ! akhirnya ada angkot juga yang berhenti. Alhamdulillah.. aku merasa sedikit lega setelah naik kendaraan berwarna kuning ini. Pikiranku masih melayang-layang, tentang apakah aku akan terlambat masuk kelas ? apakah ibu Wirda sudah datang ? apakah ujian sudah dimulai ?

Selama di perjalanan, aku masih sibuk berkutat dengan buku. Membunuh waktu, menenangkan hati, dan terus berpikir semuanya akan baik-baik saja.  Beberapa kali aku mendengar suara getaran Handphone dari dalam tas, tapi tak kuhiraukan. Akhirnya… sampai juga di depan gerbang sekolah. Segera aku berlari menuju kelas XI IPA 2 yang jaraknya lumayan membuat kaki pegal.

Deg ! sontak langkahku terhenti melihat pemandangan di dalam kelas dari luar jendela. Ya Allah… Ibu Wirda sudah masuk. Kurogoh handphone dari dalam tas, demi apapun ini masih pukul 07.00 WIB. Kurapikan jilbab dan baju seragam sekolahku, kemudian memberanikan diri mengetok pintu kelas,

“Assalamualaikum.. Permisi bu, maaf saya telat”, kataku lembut dengan muka yang pasti sangat merah dan keringat yang bercucuran.
“Lala, telat ? kesini…” , jawab Bu wirda datar.
Keadaan didalam kelas berubah drastis. Teman-teman yang lain sibuk memperhatikan gelagatku dengan serius. Aku merasa seperti reka adegan pembunuhan sekarang, dengan aku sebagai tersangkanya. Dengan langkah terseok-seok, kudekati kursi singgahsana Bu Wirda.
“kenapa bisa telat ?”, Tanya Bu Wirda masih datar.
“hmm.., saya kesiangan bu, Maaf sebelumnya”, jawabku kaku.
“kenapa bisa kesiangan Lala ? Bukannya kamu belum pernah telat ?” tambah Bu wirda, sedikit bernada.

Suasana kelas masih hening. Pandanganku tertuju pada beberapa murid yang duduk di bangku paling depan, sambil senyum-senyum. Ialah syifa, jono, Dodit, dan Rendi. Masih dengan senyum jahat mereka terus melirik-lirik, namun tetap berusaha menahan tawa yang ingin lepas.

“Lala.., Ibu sedang bertanya”, sambar Bu Wirda mengalihkan pandanganku.
“Iya bu, saya minta maaf, Saya gak bermaksud telat. Saya tadi malam begadang belajar untuk ujian pagi ini Bu”, jawabku sigap.
“Terus kamu gak shalat shubuh ?”, balas Bu Wirda
“shalat kok bu, saya belajardari jam 7 malam sampai jam 11 malam, terus saya tidur lagi, terus saya bangun lagi jam 2, terus saya belajar sampe pagi, tapi saya tetep shalat shubuh kok Bu. Tapi saya tidur lagi. Maaf bu..”, jawabku dengan kepanikan memuncak.
Keheningan kelas pecah seketika karena jawabanku tadi. Teman-temanku malah sibuk tertawa sekarang.
“Maafin saya Bu. Saya bener-bener minta maaf. Saya janji untuk gak mengulanginya lagi. Insya Allah Bu”, sambungku dengan mata penuh harapan.
“ Ya sudah, Ibu maafkan. Hari ini kita gak jadi ujian, soalnya Ibu lupa ada 1 materi lagi yang belum di kasih ke kalian. Silahkan duduk  Lala”, jawab Bu wirda santai.

Suasana kelas makin riuh karena tawa. Darahku rasanya berhenti mengalir, Otakku rasanya mau pecah sekarang. KOPLAK ! kata-kata itu rasanya paling pas menggambarkan keadaanku hari ini. Ya Allah… Udah belajar sampe jungkir balik, telat masuk ke kelas dengan muka lusuh berkeringat  karena lari-larian, di tertawai teman sekelas, dan ternyata gak jadi ujian ? OH MY TO THE GOD..

(bersambung….)