Opini

Skincare Import, Halal Gak Sih ?

22.42


Assalamu’alaikum…
Hai semuanya !

Akhirnya aku kembali lagi dengan postingan yang hopefully will be useful for us. Di postingan kali ini, aku bakal membahas beauty-beauty-an, lebih spesifiknya yaitu skincare. Yey ! (Yang skincare addict angkat tangan !). Kali ini kita bahasnya agak sedikit kompleks ya, termasuk dari segi ke-halal-an si produk, karena beberapa produk skincare yang pernah aku pake juga ada yang berasal dari brand luar negeri yang nggak ada merk halalnya. Terutama 1 tahun terakhir ini aku lagi cinta-cintanya sama skincare asal negeri ginseng, Korea Selatan. Udah tau pasti kan ya… skincare yang kece-kece dari sana. :D

Sebenernya beberapa bulan lalu, aku sempat kurang yakin juga sama beberapa produknya, “ini skincare halal nggak ya ? Kan nggak ada merk halalnya :’(…“. Sampai akhirnya aku putusin buat  ninggalin produk dari negeri ginseng itu dan beralih pake skincare lokal yang udah jelas ada label halalnya, kayak wardah dan mustika ratu. Tapi ya begitulah ya.., beberapa produk wardah ternyata nggak cocok di kulitku. Setiap aku pake night cream wardah (semua varian ya.. baik yang lightening ataupun white secret), muka aku panas dan merah. Ya nggak terlalu iritasi parah sih, cuma lumayan sakit juga kalo aku terusin tiap malam L Tapi untuk day cream-nya, facial foam, sama facial scrub. Aku cinta banget sama wardah ! J Di postingan berikutnya aku bakal buat review-review lengkapnya. :) 

Nah itu… some products are matched, but some are not. Namanya juga kulit ya, pasti bakal beda-beda reaksinya, baik itu di aku ataupun di kalian semua. Kayak yang aku bilang tadi, aku lagi jatuh cinta banget sama produk korea, karena hampir semua produk yang pernah aku cobain itu cocok. Stress nggak sih ? :’D Tapi ya karena itu tadi, pada saat lagi cinta-cintanya ama itu produk, aku mulai kepikiran, “ skincare korea yang kupake itu sebenernya halal nggak sih ? “. Padahal waktu itu aku baruuu aja  ‘meracuni’ sahabatku untuk pake skincare korea juga, karena aku tau beberapa produk yang aku cobain terbukti bagus. Sebut saja inisialnya, NORA. Wkwkwkwk.. 
Yes, saat aku mutusin untuk berhenti pake skincare korea, saat itu juga aku ‘ngeracunin’ nora untuk ikutan 'berhenti'. Padahal waktu itu beberapa produk dia baru beli, baru pakenya sebentar :D wkwkwk  (Untuk nora, apabila kamu membaca ini, maapin gua. Setelah riset panjang akhirnya aku nemuin jawabannya, tentang halal dan tidaknya produk-produk skincare korea yang pernah aku pake :’D). Jadi ceritanya setelah dilema dan kegalauan panjang, the result is revealed now ! Haha

Oke, dari pada kepanjangan, mendingan kita langsung aja ya…

But wait…, aku mau ngasih tau dulu kalo dalam menulis postingan ini, aku merujuk dari beberapa sumber yang insyaa Allah valid. But still…, correct me if I’m wrong, I am just a human.  J

Berdasarkan fatwa MUI tentang standard kehalalan produk kosmetika dan penggunaannya, ada beberapa point yang sangat krusial dan jadi perhatian khusus. Berikut bagiannya, selengkapnya bisa cek disini.

FYI, kosmetik itu ada 2 macam yaitu make up (riasan) dan skincare (perawatan). Kita akan concern untuk kedua-duanya disini.




Dari ketentuan yang tertera, bisa kita simpulin bahwa produk kecantikan atau kosmetik yang mengandung atau melibatkan gen babi dan manusia itu diharamkan, sekalipun itu hanya berupa mikroba hasil rekayasa genetikanya aja, hukumnya tetap haram. Kemudian, produk kosmetik yang menggunakan bahan dari turunan hewan halal (berupa lemak atau lainnya) yang tidak diketahui cara penyembelihannya hukumnya makruh tahrim, sehingga harus dihindari. Nah.. produk-produk yang menggunakan bahan dari mikrobial yang tidak diketahui media pertumbuhan mikrobanya apakah dari babi atau bukan, harus dihindari ‘sampai ada kejelasan tentang kehalalan dan kesucian bahannya’.

Yes.. itu diaaa…

Sebagian dari kalian mungkin bakal mikir, “kenapa kosmetik harus halal ? kan nggak dimakan ?”

Well gengs, kosmetik itu walaupun nggak dimakan, tapi tetep bisa nyerap di tubuh, sekalipun dia bentuknya sabun, kayak facial foam misalnya, sekalipun dicuci dengan air, pasti bakal tetap nyerap di kulit kita. Jadi ada baiknya kita tetap menjaga diri ya gengs. Selengkapnya, kenapa kita harus pake kosmetik yang halal bisa kalian baca disini. 

Balik lagi, apakah kosmetik-kosmetik import termasuk dalam produk yang harus dihindari menurut fatwa MUI atau justru aman untuk digunain a.k.a halal ? We’ll see…

Kosmetik import, seperti The Body Shop (UK), Nature Republic (Korea), Innisfree (Korea), Laneige (Korea), Biore (Jepang), Skin aqua (Jepang) dll yang nggak mempunyai label halal MUI, otomatis kita harus mencari tau sendiri informasi lengkap tentang produk-produknya. Beberapa parameter yang harus-kudu-mesti menjadi fokus kita dalam mencari detail kehalalannya adalah perusahaan kosmetik tersebut haruslah mengeluarkan produk yang ‘vegan’ dan ‘cruelty free’. Vegan berarti brand kosmetik tersebut sama sekali tidak menggunakan bahan-bahan dasar yang berasal dari hewan. Bahkan mereka nggak akan menggunakan beeswax, susu, madu, lanolin atau collagen dalam kosmetiknya. Kosmetik vegan berarti 100% bahan-bahannya berasal dari tumbuhan. Selain tidak menggunakan bahan dasar dari hewan, produk kosmetiknya tidak boleh dicobakan ke hewan sama sekali ! Sedangkan Cruelty free maksudnya yaitu brand tersebut tidak pernah melakukan percobaan terhadap hewan atau biasa disebut animal testing.  Jadi, simpelnya brand kosmetik yang vegan sudah bebas dari cruelty free dan proses produksinya pun tidak melibatkan hewan sama sekali (dilansir dari editorial femaledaily.com, boleh klik disini untuk lebih jelas). Tapi produk yang meng-claim cruelty free belom tentu vegan ya gengs. Jadi harus benar-benar hati-hati J

Nah.. selain dua lisensi tersebut, ada lagi perusahaan kosmetik yang meng-claim produknya ‘vegetarian’. Eitss..., vegetarian berbeda ya dengan vegan :) Kosmetik vegetarian, yaitu perusahaan kosmetik tersebut produk-produknya tidak menggunakan bahan dasar hewan (seperti gen atau mikrobialnya) tapi biasanya masih menggunakan hasil-hasil dari hewan, seperti beeswax, susu, dan madu. Dalam kasus kosmetik vegetarian ini, kita masih bisa memilah-milah produk yang aman dan halal kandungannya dengan mencermati ingredients produknya.

Nah.. terkait keamanan ini, sebelumnya juga sudah banyak blogger-blogger muslimah lain yang membahas tentang ini ya. 

Beberapa dari kalian pasti bakal nanya, “gimana caranya nge-cek produk kosmetik itu vegan atau vegetarian atau cruelty free ?”.

Caranya, kita bisa cari informasi lewat website resminya, karena biasanya tertulis jelas claim dan licence-nya disana. Kemudian seperti yang aku bilang tadi, lihat dengan seksama ingredients produk, sebenernya agak ribet ya kalo harus diliat satu-satu karena pasti bakal banyak istilah-istilah kimia yang kita nggak ngerti tapi kita harus tetap kepo cari tau. Kalo ada istilah yang agak mencurigakan atau masih kurang jelas, kita bisa langsung tanya dengan ngirimin email ke perusahaan kosmetik tersebut (customer care-nya). Mereka akan ngasih tau secara jelas dan rinci di balasan emailnya nanti. Kayak beberapa teman di forum femaledaily.com yang nge-email langsung customer care beberapa brand kosmetik korea karena masih ragu dengan ingredients-nya. Semuanya dijelasin secara lengkap (temen-temen tersebut bahkan me-screenshot balasan email-nya dan di-post di forum femaledaily.com). Brand-brand tersebut akan sangat jujur dalam memberikan keterangan dan ingredients produk. Mulai dari produk-produk yang aman dari zat-zat hewani sampai beberapa varian produk yang memang terbukti mengandung glycerine dari babi, atau bahan-bahan lain dari hewan yang dilarang syariat islam. Seperti brand Innisfree, sudah ‘free animal-originated-ingredients’, tapi... ada 5 produk yang mereka dengan jujur bilang, bahwa produk tersebut mengandung bahan yang berasal dari hewan. Mau tau apa ? Check out di postingan aku selanjutnya ya. Hehe. Insyaa Allah hanya 5 produk  tersebut, selebihnya… Aman. Nah… produk-produk Innisfree yang lain tersebut memang sampai saat ini belum mendapat sertifikasi halal dari MUI ya, tapi beberapa produk sudah mendapatkan sertifikasi halal dari Malaysia (Yeyyyy…. ! akan aku bahas di postingan selanjutnya  juga nih…)

Ada beberapa kemungkinan, bisa jadi sedang dalam proses (ehehe..) atau memang karena perusahaan tersebut tidak terlalu concern pada hal itu (namanya juga kosmetik luar ya, muslim di tempat produksinya masih minoritas, jadi mereka nggak terlalu menghiraukan itu).

Sampai disini, pasti ada beberapa dari kalian yang masih mikir, “kenapa masih mau ribet-ribet cari tau tentang kehalalan kosmetik luar sih ? Padahal di Indonesia kan udah ada kosmetik dengan label halal.”

Nah.. aku paham banget untuk statement itu. Tapi kalo dari aku pribadi, pertama yang harus kita tau dan perhatikan, Indonesia hanyalah sebagian kecil dari belahan dunia ini. Indonesia udah enak, semua-semua udah ada label halal (umumnya lebih mudah dicari). Tapi bukan berarti kita nggak boleh nyari tau apakah yang tidak berlabel halal MUI tersebut sepenuhnya diharamkan atau seperti apa kan ? Ini bisa jadi pengetahuan penting bagi kita ya, seandainya kita (mungkin) kedepannya akan berpergian ke luar negeri, entah itu hanya untuk vacation, atau malah mungkin akan tinggal disana untuk waktu yang cukup lama (misal sekolah atau kerja dan lain-lain). Ini bakal sangat bermanfaat juga loh… kalo pun bukan kita, mungkin teman kita atau saudara kita. Bisa aja kan ? Intinya untuk ilmu, nggak akan ada yang sia-sia J

FYI, banyak juga produk-produk di Indonesia yang memang tidak ada label halalnya, tapi sudah tersertifikasi halal MUI ya. Bisa cek disini :)

Terus kedua, pernah nggak sih ngebayangin saudara-saudara kita sesama muslim kita di Benua Amerika, Eropa, Afrika, Australia dll, yang emang asli orang sana, gimana cara mereka nyari kosmetik yang halal ? terutama skincare. Kek yang aku bilang tadi, di luar negeri kan agak susah  nemuin barang berlabel halal apalagi untuk kosmetik. Perusahaan disana nggak terlalu concern  dengan ada atau nggaknya label halal karena muslim memang minoritas disana. Saudara-saudara kita disana nggak akan nemuin wardah atau zoya atau mustika ratu atau brand-brand lain yang sudah berlabel halal berserakan kek di Indonesia. Maka dari itu, perlu adanya pengetahuan tentang ini. Kita termasuk beruntung ya tinggal di Indonesia, jadi nggak terlalu sulit. Alhamdulillah… J

Ketiga, kalo dari aku pribadi yang emang hobby skincare, suka banget gonta-ganti dan nyobain produk-produk baru baik dari brand lokal ataupun luar, pengetahuan ini penting banget. Kek yang aku bilang tadi, karena sejujurnya nggak semua brand lokal itu cocok di kulitku. Meskipun ketidakcocokan itu nggak sampe buat kulitku iritasi yang parah, tapi tetap aja kerasa reaksinya di kulitku. Itulah kenapa kadang masih suka nyari-nyari sampe ketemu yang cocok, gitu loh…  hehe

Nah… selain ketakutan adanya lemak babi di produk skincare, pasti dari kalian banyak yang sanksi juga dengan kandungan alkohol di kosmetik. Well, untuk produk yang mengandung alkohol, diperbolehkan asal alkohol yang digunakan pada produk tersebut bukan berasal dari industri khamr J Cek fatwa MUI tentang alkohol di kosmetik dengan klik disini.

Jadi begitu ya gengs, intinya sih lebih cermat aja. Tapi… kalo kalian bener-bener ragu sama produknya sebaiknya tinggalkan, tapi kalo udah baca-baca beberapa petunjuk di atas tadi, dan udah benar-benar memastikan sendiri, dan… kamunya merasa yakin produk itu aman dipakai. Ya silahkan, ini kembali lagi di diri kita masing-masing ya...

Banyak juga muslimah yang pake dan buat review tentang kosmetik import ya, terutama produk skincare. Salah satunya kalian bisa cek di instagram.com/kinans.review. Itu adalah second account dari mbak Kinanti Setiawan, beliau juga skincare addict loh. :D Selain itu bisa juga gabung di forum.femaledaily.com untuk ketemu sama temen-temen lain dari seuruh Indonesia yang juga hobby ngomomgin skincare :D

Untuk postingan berikutnya aku bakal me-review produk skincare yang pernah aku cobain nih. Baik dari segi kualitasnya dan reaksinya di kulitku, juga segi kehalalan-nya. Sekali lagi aku hanyalah manusia biasa yang punya khilaf dan salah, jadi jangan ragu-ragu buat komen kalo ada pendapat lain ya... Kita bisa sekalian sharing ilmu :) 

See you on the next post ! :D

Salam Skincare !
Lisa <3





Anti Pura-pura Club

14.19


Assalamu’alaikum…
Hai temen-temen sekalian, apa kabar puasanya hari ini ? Semoga kita senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT, dari godaan setan yang terkutuk, yang sibuk ngerayu-rayu buat batalin puasa atau yang sibuk bergelayutan di bulu mata, biar kitanya tidurrr seharian, trus jadi mager, bahkan sampe nggak sholat. Naudzubillah…

Nggak terasa banget ini udah puasa hari ke-14. Sebenernya aku ingin dan sangat ingin sekali menyapa penduduk blog dari hari pertama puasa kemaren, tapi apalah daya jadwal pemotretan padat, jadi aku belum sempet. Nggak ding becanda doang gua sis haha.. Yang benernya itu, akunya belom bisa bagi waktu dengan baik, ditambah ada beberapa hal yang buat aku jadi hactic, ya alhasil… belom sempatlah aku menulis di blog.

Hari ini aku pengen banget bahas satu tema, yang dari dulu sampe sekarang orang-orang masih suka banget ngomong dengan menyelipkan kata-kata ini. For example :

“Jangan lupa makan ya, pura-pura bahagia itu butuh energi loh…”

Yes, pura-pura bahagia.

Apakah kamu termasuk golongan orang yang suka nulis hashtag #purapurabahagia atau #purapurastrong atau bisa juga #purapuratangguh. Well, I never hate people who had been doing that, but a big question in my head for them  is Are you guys Okay ? Did something happen to you ?
Kalo kalian jadi aku, apa kalian bakal mikir hal yang sama ?

Menurut KBBI, kata pura-pura itu berarti ‘tidak sesungguhnya’. Ya kalo kita bilang, pura-pura bahagia, berarti sebenernya kita nggak bahagia dong, kita cuma pura-pura aja terlihat bahagia. Sama kayak kita yang bilang, pura-pura strong, berarti sebenernya kita juga nggak strong, tapi cuma pura-pura aja terlihat strong.

Teman-temanku yang budiman, sebenernya buat apa sih kita harus pakai kata pura-pura ? Ditambah lagi kita tulis itu di sosial media kita pribadi, buat apa ? Biar orang-orang tau, bahwasannya kita hanya pura-pura, dan sebenernya kita rapuh di dalam. Kalau alasannya adalah hanya untuk menghibur diri dan gak serius, menurut aku pribadi, itu gak worth it. Kenapa ? Karena hal itu bisa ngaruh sama psikologi kita dan pikiran orang-orang lain yang ngeliat atau ngebaca itu. 

Pertama, mungkin ini keliatannya sederhana, misalnya sering pakai kata pura-pura dalam berbagai hal. Bakal ter-mindset di otak kita, bahwa apa yang kita share ke orang lain itu bukan diri kita sendiri, tapi diri kita yang pura-pura. Lah… semuanya jadi dipura-purain, entar kalo sakit, kita malah dibilang pura-pura juga kan berabe… :”(  

Kedua, kita yang sudah terlanjur suka sama kata pura-pura, bakal nggak sadar kalo ternyata pura-pura ini sudah merepsentasikan diri kita yang sebaliknya. Misalnya pura-pura bahagia, berarti sebaliknya kita ini cenderung nggak bahagia. Kita berdiri di balik benteng pura-pura, kita yang sebenernya lagi sedih atau malah lagi rapuh-rapuhnya cenderung memilih bersembunyi. 

Ketiga, kita yang sudah terlanjur atau terbiasa mengkampanyekan pura-pura bahagia tadi, juga bakal secara langsung dicerca dengan kalimat-kalimat, “Semangat…” atau “Kamu kenapa ? Semangat ya…”. Kita pasti bakal dapet kalimat-kalimat kayak gitu, karena orang-orang tadi juga udah terlanjur mikir kita ini hanya pura-pura bahagia, kita butuh semangat dan disemangatin atau malah ada yang mikir, ada yang nggak beres dengan diri kita. Mungkin sebagian dari kalian ada yang mikir lebay, but who knows ? Kalo keseringan bisa jadi sampe kek gitu loh, atau bisa jadi ada orang yang mikir kalo hidup kita lagi banyak masalah, sampe mumet banget, sampe buat bahagia aja harus pura-pura. Itu semua bisa terjadi :”(

Nah.. kita yang punya kebiasaan begini, coba deh kita telaah lagi, sebenernya buat apa sih kita berpura-pura ? Supaya apa ? Supaya disemangatin ? atau supaya orang-orang melihat kita cukup kuat dan bahagia ? Well, kata pura-pura itu udah merepresentasikan diri kita yang, “sebenernya nggak” guys. Sebenernya nggak bahagia. Kalo untuk disemangatin atau hanya untuk menyemangati diri, ada banyak cara selain berpura-pura ya guys. Jangan sampe kata pura-pura berhasil ngebunuh hati dan pikiran kita, sampe-sampe apapun yang kita lakuin, atau bagaimanapun kondisi kita, landasannya adalah berpura-pura. Kan sedih… :”(

Be our self.

Manusia itu memang lemah, karena yang Maha Kuat itu hanya Allah SWT. Sah-sah aja, kalo kita bisa sedih, nangis, kecewa, bahkan marah sekalipun. That’s okay, it’s human being. Semua dari kita diperbolehkan untuk itu, asalkan satu, “Nggak berlebihan” J

Kita juga butuh mengeluarkan apa yang ada dalam hati kita supaya nggak stress. Entah itu kesedihan, kekecewaan, ataupun kemarahan, boleh-boleh aja dikeluarkan, asalkan tadi, nggak berlebihan. But by the way, jangan marah-marah, atau nangis-nangis di sosial media ya, ntar malah orang jadinya salah fokus :”D wkwkwkwk

Ada banyak cara untuk melampiaskan semua itu, mungkin salah satunya adalah sharing sama orang terdekat, minta pendapatnya, atau hang out bareng temen-temen dekat sembari melepas penat atau ngedengerin ceramah ustadz dan ustadzah di youtube, dan hal-hal positif lainnya. Kan itu bentuk pelampiasan yang positif dan terapi yang baik buat diri kita sendiri. Terapi yang bisa menguatkan dan menyatukan puing-puing hati yang udah keburu pecah tadi. Hal-hal positif ini yang bisa ngebangun diri kita, dan secara nggak langsung buat kita jadi happy lagi. Pastinya menghindarkan diri kita dari penyakit pura-pura. J

Kan bahaya, kalo kita udah nggak bisa bedain, sebenernya sekarang kita ini bahagia beneran atau cuma pura-pura aja ? Atau sebenernya kita ini butuh bantuan orang lain atau ngerasa bisa nyelesain semuanya sendiri.  Bahaya ya kannn…..

Nggak ada yang perlu dipura-purakan, Bahagia, ya bahagia aja. Sedih, ya sedih aja. Marah, ya marah aja. But once more I said, “jangan berlebihan dan tetaplah pada jalurnya”. Nggak ada untungnya juga kita berpura-pura, entar saking seringnya pura-pura, orang-orang di sekitar nggak tau lagi kalo kita sebenernya lagi sedih banget atau malah lagi butuh bantuan banget. Kan berabe…. :"(

Apa yang buat kita harus berpura-pura ? toh.. hati ini Allah yang kasih. Sifat kita yang perasa, atau malah mungkin ada yang sensitive banget, it’s okay, asal itu tadi diinget, “jangan berlebihan dan tetaplah pada jalurnya”. Kita yang mengarahkan diri kita mau kemana. Perbanyak bersyukur, insyaa Allah kita bakal terhindar dari penyakit pura-pura ini. Satu lagi, manusia itu makhluk sosial. Jangan terus-terusan mikir kalo kita bisa ngerjain segala sesuatunya sendiri. Kita ini tetap butuh orang lain, walaupun hanya sebagai tempat kita bercerita. Sebelum itu, pastinya kita punya Allah SWT yang selalu siap 24 jam buat dengerin kita. Dan di hadapan Allah juga jangan pura-pura ya, ntar Allah nggak mau bantu :”)  Kalo kurang nyaman atau ngerasa nggak ada orang yang bisa bantu dan nyelesain masalah kita, kan Allah selalu ada. Setelah curhat sama Allah dan serahin semuanya hanya ke Allah, pasti kita bakal jadi lega dan nggak akan pura-pura lagi. Karena hatinya udah plonggg…. :”D

Jadi begitu ya saudara-saudara, semoga tulisan ini bisa jadi reminder buat aku pribadi dan buat kalian semua yang baca.

Maaf kalo ada kata-kata yang salah ya. Inget, jangan pura-pura lagi :)
Stay Gold, teman J