Opini

Antara Aku, Kamu, dan UKT

23.56

Assalamu’alaikum wr. wb.
Hai semuanya !
Balik lagi dengan aku.
Gimana kabarnya kalian semua ? Apakah UKT masih mencekik kalian ? (dudududu….) :D
Well, pada postingan kali ini kita akan bahas topik yang lebih seru. Kalo sebelumnya aku udah ceritain tentang siapa UKT sebenernya, maka sekarang aku mau ngajakin kalian ngobrol tentang chemistry antara aku dan UKT. Antara kamu dan UKT.
Antara aku dan kamu. Ya begitulah pokoknya ya.. wkwk


Sebelumnya aku udah kenalin ke kalian, siapa sih UKT itu ? terus gimana sih dia ?
Jadi kalian udah pada bisa nilai sendiri ya gengs. Tapi kalo masih ada dari kalian yang belum kenal atau kalian baru pertama kali mampir di postinganku yang satu ini, tenang aja, kalian bisa kenalan dulu dengan dia dengan cara, klik disini.

So, hubunganku sama si UKT ini sebenernya baik-baik aja selama 8 semester ini, kita belum ada masalah nih. Tapi ya itu, semenjak masuk ke semester 9, mulai ada bau-bau konflik. Baunya menyengat, membuncah dan membabibuta. Hehe

Kalo menurut pandanganku sendiri, bayar uang kuliah itu emang udah jadi kewajiban kita sebagai seorang mahasiswa. Bahkan untuk kita yang menerima beasiswa dari pemerintah pun, mereka juga berkewajiban untuk handel uang perkuliahan kita, jadi kita tinggal terima beres.  Aku juga paham banget, kalo dalam uang kuliah yang kita bayarkan setiap semesternya itu, udah include untuk ngebayar a, b, c, d, dan e, intinya semua hal yang bisa menunjang dan mendukung kita selama menimba ilmu di kampus. Nah.. itu yang aku omongin uang kuliah ya, bukan uang kuliah tunggal (UKT).
Kalo dibandingin dengan sistem sebelumnya, yaitu sistem SPMA, menurut aku, keduanya sama-sama punya kekurangan dan kelebihan. So, agak sulit juga kalo aku disuruh milih sistem mana yang lebih baik. Aku yakin, pemerintah pasti juga udah berpikir keras banget ketika mereka mau ngubah sistem SPMA menjadi sistem UKT. Well, orang-orang yang ada di kursi sana, pastilah bukan orang sembarangan, yang asal-asalan ya gengs.
Oke, mulai dari sini, kita akan fokus ngomongin UKT ya, jangan ngomongin SPMA lagi. Karena keseringan mengingat-ingat masa lalu itu nggak baik gengs, kita harus bisa move on dan menatap masa depan. Kalo sesekali aja noleh ke belakang nggak apa-apa, asal jangan keterusan, ntar nabrak. Hee
Lah.. terus masalahnya apa sih si UKT ini ? UKT-nya sih nggak masalah, cuman mahal aja. :’D
Well, kita tahu kalo hitung-hitungan UKT ini ditetapin sesuai Unit Cost-nya masing-masing, terus dibagi 8 semester, jadilah besaran UKT per semesternya yang kita harus bayar. Tapi, UKT setiap mahasiswa bisa aja beda gengs, seperti yang kita tahu, karena disesuaikan lagi dengan kondisi perekonomian keluarga. Ada 8 varian level biaya, sehingga diharapin bisa saling subsidi silang.
Nah… terus balik lagi nih gengs, antara aku dan UKT. Masalahnya kan, sekarang aku dan temen-temenku yang lain kan udah masuk semester 9, rata-rata lagi pada ngerjain skripsi semua. Terus apa kita masih harus bayar lagi ? harusnya kan nggak ya, karena unit cost di awal tadi kan udah mencakup biaya perkuliahan secara menyuluruh, dan emang cuma dibagi sampe 8 semester aja. Lah.. 8 semesternya udah lewat, UKT-nya juga udah dibayar semua, berarti ngapain dong kita bayaran lagi gengs ? (ini serius nanya ya)
Kalo kalian satu pikiran dengan aku, pasti kita sama-sama punya tanda tanya yang besar di kepala nih. Mau dikemanain dana yang lebih, yang bakal kita bayar itu ?
Menurut kalian perlu nggak sih ada transparansi dana UKT itu ? atau cuma aku aja yang kepo  ?

Well, aku juga jadi kepo nih.
Apa pendapat kalian kalo UKT semester 9 ini tetep harus dibayar full ? nggak ada diskon sama sekali dari kampus.
Kalo aku pribadi, jujur, pertama pastinya ngenes banget. Terus yang kedua, menurut aku ini bakal jadi cambuk banget buat kalian yang baca postingan ini, yang setingkat dibawah aku. Atau malah dua tingkat dibawahku, atau malah tiga tingkat dibawah aku, atau mahasiswa baru nantinya. Pasti akan ter-frame secara nggak langsung di kepala kalian, buat nyelesain studi secepat-cepatnya atau semester 8 udah lulus gitu. Karena pasti kalian nggak mau kan nyusahin orang tua lagi, untuk bayar UKT semester 9 yang full padahal cuma ambil skripsi doang. Pasti kalian bakal mikir buat belajar terus di kelas, pulang ke rumah, terus besoknya ke kampus lagi, pulang lagi ke rumah, begitu terus sampe lulus 4 tahun atau malah kurang dari 4 tahun. Pasti kalian bakal mikir-mikir ulang deh, kalo mau ikut kegiatan lain selain dari belajar di kelas, kayak UKM, Organisasi-organisasi mahasiswa, kompetisi-kompetisi, social project atau bahkan exchange program, karena takut kegiatan-kegiatan itu malah bakal ganggu atau ngurangin waktu belajar kalian di kelas. Lebih ekstrim lagi, kalo kalian sampe mikir kegiatan-kegiatan kayak gitu nggak penting dan nggak bermanfaat, padahal sebenernya bagus banget untuk mengembangkan softskill dan potensi yang ada di diri kalian. Ya nggak ? Kalian bakal mikir kayak gitu nggak ?
Hehe aku nggak mau su’udzon ya.

Well, secara nggak langsung, pikiran-pikiran kayak gitu bisa aja menghinggapi kalian suatu saat gengs, dan ngejar-ngejar kalian kayak hantu supaya cepat lulus.  

 Tuh kan… UKT semester 9 ternyata bener-bener bikin pusing dan banyak ulah. Mending dihilangin aja ya nggak ? :D

Oke, mungkin cukup itu dulu obrolan kita ya gengs. By the way, aku mau tau juga nih pendapat kalian kalo UKT semester 9 ini masih harus full dibayar dan nggak ada diskon sedikitpun.
Yang punya akun google dan sejenisnya bisa komen di bawah ya.
See Ya on the next post^^

#UKTSemester9
#UKTUnsri

#AntaraAkuKamuDanUKT

Opini

Tentang UKT ???

15.20

Assalamu’alaikum wr. wb..
Hai teman-teman semuanya !
It’s been a long time I’d never see you guys since my last post.
So, pada postingan kali ini aku akan berbagi sedikit cerita tentang problematika UKT alias Uang Kuliah Tunggal yang ada di kampusku.
By the way, yang belum tahu atau kenal aku, mari kita kenalan dulu, karena tak kenal maka tak sayang hehe…
My name is Tri Lisa Utami, just call me Lisa. Aku adalah mahasiswi semester 9, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Salam kenal !



Udah pada tahu kan UKT itu apaan ? Yes, kayak yang aku udah kasih tau diatas, UKT adalah singkatan dari uang kuliah tunggal. Semuanya pasti pada tahu, bahwasannya sistem UKT ini dirancang untuk menggantikan sistem SPP semenjak dikeluarkan dan disahkannya Permendikbud No. 55 tahun 2013. Kebijakan ini diklaim pemerintah, sebagai kebijakan yang baik, dimana pembayaran uang kuliah mahasiswa akan disesuaikan dengan keadaan ekonomi keluarga dan subsidi silang dengan 8 level biaya.

Terus, apakah ada kendala setelah sistem UKT ini diterapkan di kampus-kampus negeri di seluruh Indonesia ? Jawabannya adalah YES, indeed ! Pada tahun pertama penerapan sistem UKT, banyak banget permasalahan yang muncul, nggak hanya di Unsri aja, bahkan di kampus-kampus besar di Jawa juga ngerasain hal yang sama. Pada tahun 2014 lalu contohnya, di Unsri sendiri, terjadi aksi demo besar-besaran di dalam kampus (By the way, aku liat sendiri lautan manusia pake almamater kuning lagi ngepung gedung baru di Fakultas Teknik, karena waktu itu jajaran rektorat sedang mengadakan peresmian disana). 
Kenapa hal itu bisa terjadi ? Karena ternyata ada sekitar 103 orang mahasiswa yang terancam Drop Out karena nggak mampu bayar UKT yang besarannya nggak main-main gengs. Audiensi-audiensi dengan pihak rektorat udah berkali-kali dilakuin, tapi ya itu tadi, karena memang nggak menemukan titik tengah, sampai akhirnya pecah jadi aksi demo besar-besaran.
Tapi Alhamdulillah banget.. karena adanya aksi tadi, terbukalah ruang untuk mengajukan penurunan UKT bagi mahasiswa angkatan 2013. Jadi, pada saat itu mahasiswa-mahasiswa yang mau mengajukan penurunan UKT, kemudian didata, dan diverifikasi ulang. Alhamdulillah lagi.. banyak dari temen-temenku yang UKT-nya turun, walaupun ada juga yang nggak. Hehe..Jadi gitu sejarahnya..

Nah… seiring berjalannya waktu, sistem UKT ini nggak hanya ‘bikin ulah’ sampe tahun itu aja gengs, buktinya hampir setiap semester, selalu ada aja puluhan mahasiswa yang masih kesulitan membayar UKT. Alhasil dilakukanlah penangguhan waktu pembayaran uang kuliah dari rektorat, bahkan beberapa kali dilakukan penggalangan dana untuk bantu ngeringanin beban teman-teman yang belum bisa bayar UKT. Itu terjadi di ‘setiap semester’, catet ya, di ‘setiap semester’.

Terus kenapa aku baru nulis tentang UKT sekarang ? Apakah aku telat ngebahas tentang sistem UKT yang udah berjalan 4 tahun ini ? pasti kalian ada yang mikir gitu.
Well, kali ini problemnya beda gengs, kita nggak akan cuma ngeliat adik-adik tingkat yang kesulitan bayar UKT di semester ini. Tapi juga, kita bakal liat gimana kemudian sistem UKT ini bekerja pada mahasiswa angkatan 2013 (notabenenya sebagai generasi pertama penerapan sistem UKT ini), yang masih harus berada di kampus, nambah semester karena masih harus ngerjain tugas akhir alias skripsweet (re:skripsi). Ya, kayak aku gini :’D

Yes, indeed ! Aku mahasiswa semester 9, by the way, aku nggak sendirian ya, karena banyak dari temen-temen angkatan 2013 lainnya yang belum lulus juga. Kami harus bayar UKT gengs, dan kabarnya UKT yang harus dibayarkan ini jumlahnya ‘full’. Padahal ya, menurut survey yang udah dilakuin oleh temen—temen BEM KM Unsri, dari sekitar 1643 tanggapan mahasiswa, 98,4% diantaranya menolak untuk membayar UKT full di semester 9.

Dan pasti kalian pada nanya, kenapa nolak bayar UKT full ? Kan masih di kampus, harusnya tetap bayar full dong UKT-nya ?
Well, ada beberapa alasan gengs. Pertama, berdasarkan survey, ada 73,4% yang menyatakan berkemungkinan mengambil semester 9.  Kedua, berdasarkan survey, ada 78,1% yang mengambil skripsi di kartu rencana studi mahasiswa di semester 9. Ketiga, aku akan jelasin sedikit tentang hitung-hitungan bayar UKT berdasarkan penyusunan unit cost. Untuk yang ketiga ini, harap disimak dan dibaca baik-baik ya, karena bakalan sedikit serius. Hehe

Melalui Permendikbud No. 55 tahun 2013, pemerintah telah menetapkan besarnya biaya kuliah tunggal (BKT) dan Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk perguruan tinggi negeri. UKT adalah besaran biaya yang harus dibayarkan oleh mahasiswa pada setiap semesternya berdasarkan kemampuan perekonomian keluarga untuk meringankan beban mahasiswa terhadap pembiayaan pendidikan. 
Ini yang aku bilang tadi, bahwasannya lewat sistem UKT dengan 8 level berbeda ini, pemerintah ngarepin bisa ngadain subsidi silang.

Nah.. sedangkan BKT adalah keseluruhan biaya operasional setiap mahasiswa per semester pada suatu program studi. Perhitungan BKT ini, didasarkan pada biaya langsung (BL) dan biaya tidak langsung (BTL) setelah dikurangi biaya non-operasional dan biaya rutin. UKT sendiri, merupakan hasil dari perhitungan BKT dikurangi BOPTN yang disubsidi oleh pemerintah. Besaran UKT akan ditentukan pada saat mahasiswa melakukan verifikasi UKT. Besaran UKT akan digolongkan berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh tim verifikator dengan mempertimbangkan pendapatan orang tua dan kondisi ekonomi orang tua, serta fasilitas yang dimiliki.

Panjang ya ? tenang gengs, belum selesai, itu baru intronya aja. Ibarat lagu, sekarang kita masuk ke bagian verse-nya.
Dalam bahan presentasi permendikbud tentang penyusunan Unit Cost (Biaya Langsung + Biaya Tidak Langsung), dijelaskan bahwa satuan UC atau BKT akan dibagi dengan angka 8 yang menunjukkan lamanya pembelajaran. Contohnya, sebuah prodi dengan unit cost sebesar Rp 84.981.342,-. Apabila dibagi dengan 4 tahun seperti yang terkutip dalam SSBOPTN maka nilai UC mahasiswa pertahun adalah Rp 21.245.335,- dan apabila nilai UC dibagi dengan jumlah semester (8 semester) maka mendapatkan UC per semester sebesar Rp 10.622.668,-.

Jadi, kalo dibandingin dengan sistem SPMA, harusnya akumulasi UKT sampai semester 8 untuk sarjana atau 6 semester untuk diploma ini udah ngelunasin biaya pendidikan, mulai dari uang gedung (uang pangkal) dan seluruh SKS buat kelulusan (rata-rata 144 SKS untuk S1 dan 110 SKS untuk diploma). Perhitungan BKT ataupun UKT ini dengan jenjang 8 semster untuk sarjana dan 6 semester untuk diploma ini diperkuat dalam Pedoman Penyusunan Standar Satuan Biaya Operasioanl Pendidikan Tinggi Negeri (SSBOPTN) yang dikeluarin oleh Dikti. Jadi nggak asal-asalan ya gengs…
Nah.. tadi udah intro, terus verse, sekarang kita masuk ke bagian reff lagu UKT ini.

Masih ada yang mau nanya kenapa mahasiswa semester 9 pada nolak bayar UKT full ?
Yes, kayak yang udah aku bilang tadi, mahasiswa semester 9 alias angkatan 2013 saat ini, mayoritas lagi ngambil skripsi semua. Mungkin masih ada juga yang ngambil mata kuliah tapi aku yakin jumlahnya pasti nggak banyak, liat aja hasil survey yang aku bilang tadi.
Nah… Lagi pada ngerjain skripsi, nambah semester, nambah biaya juga kan ? Biaya penelitian buat skripsi, biaya kosan, biaya hidup (apalagi yang anak kosan), biaya transportasi (terutama yang PP Palembang-Indralaya), banyak banget gengs biayanya. By the way, itu uang semua loh, bukan daun. :’D

Kalo kita mau bayar lagi UKT (apalagi jumlahnya full), pasti tambah ngebebanin orang tua kan ? Ya nggak ? Makanya kita minta bapak rektor nurunin UKT semester 9 jadi 50% aja gitu.
Sekarang pasti kalian pada bilang, kenapa nggak lulus cepet aja ? Kenapa nggak kuliah 4 tahun aja udah bisa lulus ?
Well, nasib orang mah beda-beda, ada yang mulus banget, ada yang berliku-liku dikit, ada yang naik turun gunung lewati lembah. Kita mah cuma bisa berusaha dan berdoa kan ? Hasilnya Allah lagi yang tentuin.
Kita mah berusaha banget buat ngebanggain orang tua biar bisa berprestasi di kampus plus wisuda tepat waktu (4 tahun), tapi balik lagi itu tadi. Ngerjain skripsi nggak gampang loh gengs, beneran. Nah… buat adik-adik tingkat, ntar bakal ngerasain gimana sensasi skripsweet yang sebenernya. Nah.. itu juga, gimana kalo kalian sekarang ada di posisinya angkatan 2013 ? Gundah gulana kah ? atau bahagia-bahagia aja ?
Mungkin, sebagian dari kalian bakal mikir, nggak masalah bayar UKT full, secara ke kampus aja bawa Mercy (Eh, btw, ada nggak ?) Lah.. yang sebagian lagi gimana ? Pasti ada yang merasa kesulitan gengs..
Sekali lagi, ini bukan masalah angkatan 2013 atau mahasiswa semester 9 doang, tapi ini adalah masalah kita bersama. Masa’ ada temen yang kesulitan kita nggak mau bantu ? Ini kebetulan aja loh pas banget momentum penerapan sistem UKT ini pas di angkatan 2013. Ntar yang adik-adik tingkat juga bakal ngerasain hal yang sama pastinya tahun depan. 

Well, kalo kita nggak bisa melembutkan hati bapak dan ibu kita di rektorat untuk nurunin UKT semester 9 jadi 50% aja, bakal lebih sulit lagi usaha di tahun depan, malah kemungkinan 'nggak bisa sama sekali'. 

So, setelah tahu tentang hal ini apakah kalian bakal diem aja ??? We’ll see…


*PS : Ini opiniku, mana opinimu ?
#BukanCurhat
#tentangUKT
#UKTSemester9  

C U on the next post !
Stay cool !

Wassalamu'alaikum wr. wb.

Prosa

Matahari Kan Tenggelam

11.56

Masih ingat, ketika kau mengungkap mimpi. Meminta aku menampungnya dalam gelas-gelas kaca. Semuanya, meluap hingga kebingungan.

Masih ingat, ketika kau menyingkap keluh. Meminta aku menampungnya dalam piring-piring beling. Semuanya, menggunung hingga keresahan.

Masih ingat, tentang aku sebelum memulai kisah. Memilih pergi tanpa sepatah kata terucap, menguras hatimu dengan ribuan pertanyaan. Kisah-kisah klasik akan menjadi sahabat bagi masa lalu, sesekali mereka akan bercengkrama tuk memandang tawa, canda, sedih dan marah yang telah habis dimakan waktu.

Masih ingat, saat ku sampaikan pilihanku menuai kasih, merangkai cita dalam alunan langkah baru. Lorong-lorong  kecil yang kian terang benderang, akhirnya sampai pula aku pada ujungnya.
Bumi yang terus berputar, perlahan menyeretku pada pantai perpisahan. Memaksaku melihat matahari yang kan tenggelam. Seakan-akan berbisik, "sampai bertemu di pangkalan surga".

Siang bergantian dengan malam, menjagaku hingga terlelap. Melelapkan gundah, melenyapkan gusar dalam keheningan. Malam mencintaiku seperti halnya bulan pada langit. Takkan hilang apalagi berpaling. Kecuali awan-awan hitam yang berusaha merusak keharmonisan keduanya. Namun, pagi akan segera membangunkanku. Menarik gelisah dalam palung hati, menjemputnya untuk berlabuh lagi.

Setelahnya, akan ada rindu pada malam. Malam yang memperbolehkan aku lupa sejenak pada beban diri. Malam yang mengizinkan aku singgah pada mimpi-mimpi indah.

Setelahnya, akan ada jiwa yang harus berdamai. Damai dengan embun-embun pagi dan matahari terbit.


Setelahnya, akan kembali seperti sedia kala.


Prosa

Sebelum Memulai Kisah

11.46

Pagi ini, ceritamu sampai padaku. Gulungan kertas kecil dengan goresan hitam dibawa oleh merpati putih. Klasik sekali.

Sambil menyeruput kopi, aku membaca. Membaca rindu-rindu yang kau sajikan dalam untaian kata. Sambil menggigit biskuit, aku membaca. Membaca warna-warna harimu yang kau gambarkan dengan tinta.

Kau memujinya. Perahu kayu yang aku siarkan sampai ke negerimu kemarin, ia tak jadi karam. Tiba jua ia pada labuhannya. Labuhan yang bukan impian, namun mengasihinya. Labuhan yang penuh dengan keasingan, namun melindunginya. Hingga tergopoh-gopoh, ia tetap sampai ke tepian.

Kau menyadarinya. Aku yang pergi bersama kekalutanmu. Memilih sendiri, membuang keresahanmu. Memilih sendiri, mengendapkan lara-laramu. Memilih jauh untuk menyelamatkanmu.

Kau menangisinya. Aku yang hilang seperti asap. Terbang terbawa angin, kemudian buyar di udara. Menutup cerita di lembaran masa lalumu. Meniti langkah di lorong yang baru.

Kau melepaskannya. Aku yang dibawa arus laut dan ombak, takkan pernah kembali ke silam. Takkan menyapamu lagi di gubuk kecil, tempat kau biasa menyimpan mimpi.

Untuk merindangkan kebahagiaan, ternyata butuh jarak dan waktu. Seperti halnya kata-kata yang dipisahkan oleh spasi. Lebih indah dari pada terus bersambungan. Manis terbaca dari setiap sisi.


Aku katakan. Tentang pilihanku menuai kasih. Tentang suka dan duka yang tlah lalu. Aku katakan ini, sebelum memulai kisah baru.