Quote

Selamat datang kembali Lisa...

23.34

Hampir dua tahun, kita semua saling mengenal. Dimulai dengan  memintal benang dari kapas-kapas putih yang bersih. Menenunnya menjadi juntaian kain polos, yang kemudian kita beri warna bersama. Kita beri corak-corak aneh, unik, beragam, berbeda-beda satu dan lainnya. Karya-karya tangan anak manusia, terlukis jelas tiap milinya. Indah, penuh dengan cerita. Setitik warna pun bahkan bermakna.
Hari demi hari berlalu, menghantarkan kita pada titik persimpangan. Mengharuskan salah satu dari kita pergi untuk beberapa waktu yang cukup lama. Semuanya akan baik-baik saja, kalimat itu akan selalu menjadi penguat. Seperti bahan khusus yang kita ciptakan agar kain ini tetap terjaga ketebalannya. Karena kita tahu, jarak yang jauh bisa saja memutuskan ikatan dari kain ini. Hujan badai dan panas matahari, tidak menutup kemungkinan untuk kain ini menjadi lapuk, rapuh, kemudian robek begitu saja. Sayangnya, aku lupa. Lupa melapisi kain terbaik ini. Memang tidak sampai lapuk ataupun robek, namun corak uniknya perlahan hilang. Perubahan yang cukup sinifikan, jelas saja terlihat meski dipandang dari segi manapun. Kain ini tak lagi sama.

Kemudian semakin usang seiring waktu berjalan. Hampir tidak pernah kusadari, untuk sekedar mencuci kain itu. Membasuhnya dengan air yang harusnya kutimba sendiri. Terlanjur kotor dengan tanganku sendiri.

Tapi hidayahNya selalu datang kapan saja dan dari mana saja. Dia ingin aku bersihkan dengan air mata. Dia ingin aku yang pegang kainnya, mengharumkannya kembali dengan senyuman. Memerasnya dengan penuh kasih. Mengeringkannya di bawah matahari yang terik. Namun yakinlah, itu bukan hanya sekedar saja. Tapi Dia berikan makna tak ternilai.

Perubahan yang pernah terjadi bagaikan metamorphosis yang tidak sempurna. Ulat yang masih lugu terlalu memaksakan diri menjadi kupu-kupu yang cantik. Entahlah. Walaupun dan bagaimanapun yang terjadi pasti memiliki hikmah.

Namun sekarang semuanya kembali seperti sedia kala. Kita hanya butuh waktu untuk memahami diri sendiri. kita hanya perlu menata ruang hati kita kembali. Karena kita semua satu.

Untuk semuanya, Aku kembali pada satu nama, kembali karena cintaNya. Seberapapun jauh jiwa berkelana, ia akan kembali jua pada sang raga lama, pemiliknya yang sejati. Karena mereka sepasang kekasih yang sudah digariskan olehNya. Maafkan atas kain yang sempat kusam, sahabat :') ..
20 tahun penuh dengan warna, perubahan, dan pastinya berkah dan hikmah.


Selamat datang kembali Lisa… kembali tenang, kembali relax, kembali ke kehidupan sebelumnya J


Rindu moment-moment ini … :D















Prosa

Ruang

12.43

          Ada beberapa waktu tersisa untuk kita sekedar bersenda gurau. Tapi yang kurasa hilanglah sudah. Ruang yang pernah kita damba dahulu, kita damba bersama, tak meninggalkan bekas apapun kecuali lengang. Dinding putih yang berubah menjadi suram. Kursi-kursi pun tak bernyawa lagi. Bayangan-bayangan gelap yang selalu menyelimuti. Hanya untaian debu yang kulihat sangat bahagia, menari, mengelilingi, menutupi semua sisi yang ada bersama.
          
          Kita berangan-angan, merangkai dan menata segalanya dalam ruang. Menyusun semuanya dengan rapi, memperbaiki yang berantakan entah berantah. Vas-vas bunga nan indah mewarnai hari kita dalam ruang. Detik yang dilalui hampir jelas tak terasa, karena ruang ini tak pernah terasa hampa. Ruang yang biasa mendengarkan segalanya, celotehan, candaan, keluhan, dan amarah sekalipun. Inilah ruangku, mungkin juga ruang kita.
          
            Tapi ruang tinggalah ruang. Semua yang kurasa sempurna haruslah lenyap dalam sekejap. Ego kita yang tak berkesudahan menjadikannya berantakan. Bunga-bunga yang sempat kita rawat bersama kemudian layu, gugur satu persatu mahkotanya. Benteng pertahanan kita mampu ditembus sang debu.
          
              Kesadaran dan kesabaran yang ada kemudian sirna, hilang begitu saja. Nyanyian riang yang  dulunya selalu saja terputar, lekas terhenti. Karena kesalahanku kah ? Entahlah, entah bagaimana. Aku terlalu beralasan.
          
          Aku tak pernah melepaskan mimpiku barang sedetik pun. Aku tidak pernah berusaha melampiaskan dendam dalam noda hitam di dinding ruang ini. Aku tidak pernah berpikir membuat segalanya jadi berantakan. Jauh dari itu, aku sangat mengasihi ruang yang tak berdosa ini. Tapi aku tetaplah manusia. Ada ribuan alasan yang membuat diri ini harus bungkam. Aku ingin menjaga semuanya, semua yang ada dalam ruang ini. Ruang yang penat dan pengap, aku coba buatkan jendela yang lebih lebar.
          
          Semuanya berubah. Kita dan semuanya. Senyuman lebar kini bisa berganti jadi tatapan mengerikan. Walau aku yakin, gelombang maaf sebesar apapun tidak akan mampu menenggelamkan kekecewaanmu. Walau gelombang itu dibangun dengan air mataku sendiri. Apakah hati kita yang terlalu keras atau hanya akalku yang kurang sehat ? Entahlah.
          
              Ruang akan selalu dibutuhkan. Dalam sepi, dalam ramai, dalam sedih, dalam bahagia, dalam kecewa, ataupun dalam puas kelegaan. Ruang ini hanya perlu ditata kembali. Ruang ini hanya perlu diperbarui kembali. Ataukah kita butuh ruang yang baru ? Entahlah, mungkin saja.
         
           Mungkin saja ruang hati ataupun ruang hidup kita yang bermasalah. Tapi sejujurnya, semua ini bukanlah keinginan. Waktu dan keadaan yang tidak sepakat. Kedewasaan kita mungkin sedang diuji.

          Ruang.

          Ketahuilah, Aku tidak pernah pergi. :)