Puisi

Coretan Lalu

12.05

Akan ada masa ketika mata menjadi buta
Telinga menjadi tuli
Dan tubuh lumpuh tak bergerak

Akan ada masa ketika hati lebur tak tertata
Penyakit menggorogoti setiap porinya
Tanpa ampun tanpa sisa

Tapi raga hanyalah tandu
Sedangkan jiwa yang jadi pandu
Tak mati walaupun tak berwujud
Sama sekali



- Tri Lisa Utami-

Puisi

Lilin Putih saja

22.22

Bila hari itu tiba, aku berharap akan lilin putih saja.
Aku percaya sinar itu menuntun pada jalan yang benar.
Aku percaya tubuh ini akan selalu hangat karena perubahan energinya.
Aku percaya tiap tetesan yang mencair akan kembali membeku, setelahnya menjadi bahan bakar baru.

Bila hari itu tiba, aku berharap akan lilin putih saja.
Ketakutan dan kekhawatiran ku pastikan lenyap.
Keraguan dan kebimbangan ku pastikan terkubur dalam-dalam bersama dengan kegelapan.

Bila hari itu tiba, aku berharap akan lilin putih saja.
Mengkhayalkan cita-citaku terus menyala.
Tak seberapa besar tapi selalu mencoba bertahan hidup.
Di Kerajaan Penerang, lampu pijar akan menjadi raja dengan kekuatannya.
Obor akan menjadi mahapatih kerajaan.
Semangatnya terlihat dari kobaran api yang meletup-letup, membabi-buta, tak sabar melahap sekelilingnya.
Dan lilin putih akan jadi prajurit setia. Siap mematung dimanapun ditempatkan.
Membumi bersama setiap makhluk walaupun tak pernah dikenali. Kokoh.
Pengorbanan yang begitu keji, membakar diri sendiri demi secercah sinar yang kadang pun terabaikan.
Tanpa dendam, patriotisme-nya tercipta hingga akhir.
Dengan sisa potongan sumbu yang menghitam, dia berkarya. Lilin putih halus nan rapuh.

Bila hari itu tiba, aku berharap akan lilin putih itu saja.
Ya, cukup lilin putih itu saja.



(Untuk jiwa-jiwa yang padam)

-Tri Lisa Utami-